SUDAH jatuh tertimpa tangga. Barangkali perumpamaan itu paling tepat ditujukan kepada pria yang tak bisa memberikan keturunan alias mandul...
SUDAH jatuh tertimpa tangga. Barangkali perumpamaan itu paling tepat ditujukan kepada pria yang tak bisa memberikan keturunan alias mandul. Sebab, pria malang itu memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker prostat ganas.
Kanker prostat merupakan jenis kanker yang tak pandang bulu menyerang kaum Adam. Tapi laki-laki yang mandul ternyata memiliki risiko tinggi terkena kanker prostat ganas. Sayangnya, laki-laki enggan memeriksakan diri karena mereka mengira tumor yang menyerang prostat ini tak ganas dan tak menyebabkan sakit.
Sementara mengenai hasil temuan terbaru terkait dengan tingginya risiko kanker prostat ganas pada laki-laki yang mandul, tim peneliti menyelidiki lebih dari 22 ribu laki-laki California yang sudah menjalani evaluasi untuk infertilitas antara 1967 hingga 1998.
Selama lebih dari sedasawarsa evaluasi, 1,2 peren dari pria yang mandul terserang kanker prostat, dibandingkan dengan hanya 0,4% untuk laki-laki yang subur.
Setelah memperhitungkan usia, infertilitas meningkatkan kemungkinan terdiagnosis tumor ganas sebanyak 2,6 kali. Untuk kanker jinak, risikonya naik 1,6 kali lipat, tulis tim peneliti dalam laporannya yang dimuat dalam jurnal Cancer.
"Risiko absolut laki-laki terkena kanker prostat masih sangat kecil. Tapi yang mengejutkan adalah kami melihat tingginya risiko terkena kanker ganas," ungkap Dr. Thomas Walsh dari University of Washington, yang juga memimpin penelitian itu.
Ia mengatakan dampak spesifik pada tumor ganas adalah penting untuk dua alasan. Pertama, meningkatnya risiko bukan hanya sebagai akibat dari pria mandul yang lebih sering menjalani pemeriksaan karena mereka mengunjungi orolog.
Untuk kasus ini, tim peneliti akan memperkirakan peningkatan yang sama untuk kanker jinak. Kedua, infertilitas dapat mengacu pada kanker yang lebih mematikan, yang mengecualikan laki-laki yang harus memikirkan untuk melakukan pemeriksaan.
Sejauh ini belum jelas apa yang dapat dipertimbangkan untuk kaitan antara infertilitas dan kanker prostat. Namun, tim peneliti berspekulasi bahwa kerusakan pada kromosom seks laki-laki, misalnya akibat lingkungan yang mengandung toksin, bisa jadi sebagai pemicunya.
Faktor risiko lainnya untuk kanker prostat meliputi usia yang semakin bertambah, riwayat keluarga, dan obesitas.
The American Urological Association merekomendasikan untuk melakukan pemeriksaan bagi laki-laki berusia 40 atau lebih. Tapi, Walsh mengatakan dirinya tak yakin jika semua laki-laki muda yang mengalami infertilitas juga harus diperiksa.
Menurut dia, jika temuan ini terbukti, dokter mungkin dapat mempertimbangkan menurunkan intensitas pemeriksaan bagi pasiennya yang mengalami infertilitas.
Hal itu diamini oleh Dr. Otis Brawley, chief medical officer di American Cancer Society, dan lembaga ini menyarankan bagi dokter untuk mendiskusikan pro dan kontra dari pemeriksaan bagi pasien yang berusia 50 tahun.
"Laki-laki yang mengalami masalah fertilitas harus mempertimbangkan hasil temuan ini sebelum memutuskan untuk menjalani pemeriksaan kanker prostat," kata Brawley, yang tak ikut dalam penelitian itu.
Terapi untuk kanker prostat -- bedah atau radiasi -- bisa memicu disfungsi ereksi pada sekitar sepertiga pasien.
Kanker prostat merupakan jenis kanker yang tak pandang bulu menyerang kaum Adam. Tapi laki-laki yang mandul ternyata memiliki risiko tinggi terkena kanker prostat ganas. Sayangnya, laki-laki enggan memeriksakan diri karena mereka mengira tumor yang menyerang prostat ini tak ganas dan tak menyebabkan sakit.
Sementara mengenai hasil temuan terbaru terkait dengan tingginya risiko kanker prostat ganas pada laki-laki yang mandul, tim peneliti menyelidiki lebih dari 22 ribu laki-laki California yang sudah menjalani evaluasi untuk infertilitas antara 1967 hingga 1998.
Selama lebih dari sedasawarsa evaluasi, 1,2 peren dari pria yang mandul terserang kanker prostat, dibandingkan dengan hanya 0,4% untuk laki-laki yang subur.
Setelah memperhitungkan usia, infertilitas meningkatkan kemungkinan terdiagnosis tumor ganas sebanyak 2,6 kali. Untuk kanker jinak, risikonya naik 1,6 kali lipat, tulis tim peneliti dalam laporannya yang dimuat dalam jurnal Cancer.
"Risiko absolut laki-laki terkena kanker prostat masih sangat kecil. Tapi yang mengejutkan adalah kami melihat tingginya risiko terkena kanker ganas," ungkap Dr. Thomas Walsh dari University of Washington, yang juga memimpin penelitian itu.
Ia mengatakan dampak spesifik pada tumor ganas adalah penting untuk dua alasan. Pertama, meningkatnya risiko bukan hanya sebagai akibat dari pria mandul yang lebih sering menjalani pemeriksaan karena mereka mengunjungi orolog.
Untuk kasus ini, tim peneliti akan memperkirakan peningkatan yang sama untuk kanker jinak. Kedua, infertilitas dapat mengacu pada kanker yang lebih mematikan, yang mengecualikan laki-laki yang harus memikirkan untuk melakukan pemeriksaan.
Sejauh ini belum jelas apa yang dapat dipertimbangkan untuk kaitan antara infertilitas dan kanker prostat. Namun, tim peneliti berspekulasi bahwa kerusakan pada kromosom seks laki-laki, misalnya akibat lingkungan yang mengandung toksin, bisa jadi sebagai pemicunya.
Faktor risiko lainnya untuk kanker prostat meliputi usia yang semakin bertambah, riwayat keluarga, dan obesitas.
The American Urological Association merekomendasikan untuk melakukan pemeriksaan bagi laki-laki berusia 40 atau lebih. Tapi, Walsh mengatakan dirinya tak yakin jika semua laki-laki muda yang mengalami infertilitas juga harus diperiksa.
Menurut dia, jika temuan ini terbukti, dokter mungkin dapat mempertimbangkan menurunkan intensitas pemeriksaan bagi pasiennya yang mengalami infertilitas.
Hal itu diamini oleh Dr. Otis Brawley, chief medical officer di American Cancer Society, dan lembaga ini menyarankan bagi dokter untuk mendiskusikan pro dan kontra dari pemeriksaan bagi pasien yang berusia 50 tahun.
"Laki-laki yang mengalami masalah fertilitas harus mempertimbangkan hasil temuan ini sebelum memutuskan untuk menjalani pemeriksaan kanker prostat," kata Brawley, yang tak ikut dalam penelitian itu.
Terapi untuk kanker prostat -- bedah atau radiasi -- bisa memicu disfungsi ereksi pada sekitar sepertiga pasien.
COMMENTS