Mister Berita, Bogota - Tak ada yang tahu kapan maut akan menjemput. Entah itu di darat, laut atau udara. Seperti yang dialami oleh para pe...
Mister Berita, Bogota - Tak ada yang tahu kapan maut akan menjemput. Entah itu di darat, laut atau udara. Seperti yang dialami oleh para pemain sepak bola Chapecoense.
Meski keseharian mereka habiskan di darat, nyawa meregang di angkasa. Pesawat yang ditumpangi tim Chapecoense jatuh di kawasan terpencil di Madelline, Kolombia.
Kisah haru terkuak dari salah satu korban kecelakaan pesawat tersebut. Tiago da Rocha Vieira alias Tiaguinho.
Penyerang di tim Chapecoense itu tak bisa melihat tumbuh kembang buah hatinya. Sepekan sebelum kecelakaan tragis, ia diberitahu istrinya bahwa Tiaguinho akan menjadi ayah.
Dalam video yang direkam rekannya dan dikutip dari Daily Mail, Selasa (30/11/2016), ia terlihat duduk bersandar ke dinding dan membaca catatan di dalam tas berisi hadiah. Ketika menyadari ia akan segera mempunyai bayi laki-laki, ia pun melompat kegirangan dan menyanyi serta menari bersama teman-temanya.
Video ini diposting online oleh anggota keluarga, sesudah terungkap bahwa penyerang berusia 22 tahun itu merupakan salah satu dari 71 orang yang meninggal dalam bencana udara.
Jumlah korban meninggal pesawat jatuh diturunkan pada Senin malam, karena ada empat orang yang tak berada di dalam.
Dunia sepak bola Brasil berduka atas kecelakaan yang menimpa pesawat sewaan LAMIA Penerbangan 2933 pada Senin 29 November 2016.
Pesawat menabrak bukit, jatuh dan terbelah dua di pegunungan terpencil pada Senin sekitar pukul 10.15 pagi. Menewaskan 75 orang -- sebelumnya disebut 71.
Pilot dan awak kabin di dalam pesawat semua berasal dari Bolivia, sementara sebagian besar penumpang merupakan warga Brasil dan sekitar 40 lainnya merupakan delegasi klub Chapecoense.
Mereka termasuk 20 pemain, manajer, dan empat anggota lain dari tim kepelatihan termasuk asisten manajer, pelatih pribadi, kinesiologist dan tukang pijat.
Presiden klub dan wakil presiden klub Chapecoense juga di pesawat nahas itu, bersama manajer klub lain. Tim hanya berada sekitar lima menit dari tujuan mereka ketika pesawat jatuh.
COMMENTS