Contoh naskah drama yang sangat sederhana. Ini bisa menjadi contoh bagi yang ingin mulai menulis naskah drama. Cerita dalam contoh naska...
Contoh naskah drama yang sangat sederhana. Ini bisa menjadi contoh bagi yang ingin mulai menulis naskah drama.
Cerita dalam contoh naskah drama ini sengaja dibuat sesederhana mungkin, untuk mempermudah memahami penulisan naskah drama.
Satu hal yang perlu diingat, dalam menulis naskah drama, tidak ada aturan dan hukum yang berlaku. Naskah tersebut milik anda, dan anda berhak menulis apa pun sesuka hati. Tidak ada satu "Sastrawan" pun di dunia ini yang lebih tinggi derajatnya dari anda sehingga berhak mendikte apa yang benar dan apa yang salah dalam naskah drama anda.
Tapi, baik atau tidaknya naskah drama anda akan ditentukan oleh penonton saat naskah drama anda telah digarap dan dipentaskan.
(Naskah drama ini diadaptasi secara bebas dari beberapa cerpen karya Andre G.B. Karya-karya beliau dapat dilihat di blog Sastra Nanusa)
Contoh Naskah Drama Yang Dimainkan oleh 5 Orang
Judul: Surat Untuk Yzie
Karakter:
1. Yzie
2. Sosok 1
3. Para Figuran 1
4. Para Figuran 2
5. Sosok 2
Setting Panggung : Trotoar, dekat pelabuhan, malam hari. Hanya ada sebuah lampu jalan yang meredup. Sepi, sayup-sayup terdengar suara peluit kapal berlabuh.
Masuk Yzie, gadis muda berparas cantik, rambut panjang sebahu. Angin bertiup menggerai gaun hijau lengan panjang berenda yang dikenakannya, menampakkan betis yang memantulkan cahaya lampu. Di pergelangan tangan kecilnya tergelut sebuah gelang rajutan benang bertuliskan sebuah nama: Bay.
Tangan kecil itu menggenggam sebuah amplop polos tak bertulis apa pun.
Yzie Berjalan ke bawah lampu jalan, termenung sambil memandang amplop di tangannya yang gemetar
Yzie:
(Bersenandung)
Ada sayatan yang tercipta pada setiap tetes bening yang menggumpal dalam hati ketika ekstase disetubuhi dingin. Syair yang didendangkan lebih manis ketimbang bertarung melawan waktu untuk menunggu salam. Sama seperti keinginan untuk membongkar semua rahasia agar telanjang.
Yzie jatuh terduduk di trotoar, di bawah lampu jalan, menutupi wajahnya dengan tangan yang menggenggam amplop dan membenamkan wajahnya ke lutut
sepi, terdengar suara Yzie terisak pelan diiringi suara peluit kapal yang berlabuh
Masuk Sosok 1, seorang lelaki yang mengenakan tudung dan jubah putih menutupi seluruh tubuhnya. Dengan gaya angkuh ia mengelilingi Yzie yang tak mempedulikan kedatangannya
Sosok 1 berhenti di belakang Yzie, berbalik membelakanginya dan tertawa menghina
Sosok 1:
Cinta cuma sebuah rasa. Ketika berjumpa, ketika bersua. Cinta isyarat derita ketika manusia jadi buas, siksa sesama dan tersenyum gembira.
Yzie mengangkat kepalanya, tangisnya terhenti. Ia tak menatap Sosok 1
Yzie:
Apa pernah kau berpikir bagaimana nanti rupa dunia jika tak ada lagi tanya? Saat kau dan aku menjadi Tuhan dan taman Eden kembali, apa kita masih saling bertukar tanya? Adakah ruang yang cukup buat kita menjemur cerita di bawah matahari? Aku takut jika sungguh itu terjadi. Aku tak ingin mendapati ujung pelangi di sebuah tempat nanti. Aku berbohong kalau tak pernah mencium kejutan dan menyukainya.
Sosok 1 tertawa terbahak-bahak, ia berbalik dan menunjuk Yzie dengan jarinya
Sosok 1:
Cinta bukan anugerah. Bukan hadiah indah. Mereka yang tertawa, tak menunggu kau datang lagi. Cinta tak indah. Bukan punya Tuhan yang di sorga, atau empunya iblis di neraka. Cinta bukan punya kita kala rintik pergi begitu saja meski gelap meradang bisu menghajar raga.
(tertawa terbahak-bahak)
Yzie berdiri perlahan, tetap membelakangi sosok 1. Wajahnya tegang menahan amarah
Yzie:
Memang! Tak semua harus terucap. Jika demikian, tak perlu kita memahat huruf. Bila semua bisa didendangkan, tentu tak perlu kitab-kitab tercipta. Manusia tak butuh lagi kata yang berupa, bernyawa dan abadi. Dunia tak butuh lagi para penyulam kisah. Dunia tak butuh aku.
Tawa sosok 1 terhenti. Ia geram, gigi menggeretak
Sosok 1:
(berteriak lantang)
Ketika mimpi diajak bercinta dengan foreplay yang panjang dan memabukkan, maka tentu orgasme terbaik sudah jadi jaminan!
Yzie berbalik ke arah Sosok 1 dengan amarah yang meluap-luap. Napasnya memburu menahan kobar api dendam. Matanya berkilatkan sebilah benci. Langkah demi langkah ia mendekati Sosok 1, seolah siap mencengkeram
Sosok 1 gentar, mundur seirama dengan langkah Yzie
Yzie Mengangkat tangannya siap mencengkeram Sosok 1 yang terjatuh dan berusaha melindungi diri dengan tangannya
Yzie:
MATI!!!
Tiba-tiba gerakan Yzie terhenti sebelum tangannya mencengkeram Sosok 1 ketika terdengar suara-suara disekitarnya
Yzie dan Sosok 1 mematung
Dari arah kiri panggung, masuk Para Figuran 1 sambil mengucapkan kata “Mati” berulang-ulang.
Dari arah kanan panggung, masuk Para Figuran 2 sambil mengucapkan kata “Hati” berulang-ulang.
Para Figuran 1:
Mati!
Para Figuran 2:
Hati!
Kata “Mati” dan “Hati” diucapkan berbalas-balasan, dari lambat, hingga makin hari makin cepat dan tiba-tiba berhenti
(Hening, semua mematung)
Yzie:
(Berteriak histeris)
Matiiiii!!!!
Yzie menghajar Sosok 1 dengan ganas sampai mati diiringi teriakan dari Para Figuran 1 dan 2
Para Figuran 1 dan 2:
Mati! Mati! Mati!
Ketika Sosok 1 telah mati, Yzie memandang jasad Sosok 1 dengan rasa takut dan menyesal. Ia jatuh ke lantai, menangis terisak sambil menggenggam amplop surat
Para Figuran 1 dan 2 melangkah mendekati mayat Sosok 1 dan menyeretnya keluar panggung
Sunyi, hanya terdengar suara Yzie menangis terisak diiringi peluit kapal yg berlabuh
Masuk Sosok 2, seorang lelaki dengan penampilan berwibawa. Ia mendekati Yzie yang sedang menangis
Sosok 2:
Wahai wanita! Siapa yg kau tangisi?
Tangis Yzie terhenti, namun sedihnya terus tergambar
Yzie:
(Menjawab sambil berusaha menahan tangis)
Bay...
Sosok 2:
Bay?
Yzie:
Bay kini tersesat meski telah mencoba jauh berlari menghindar. Sayang ia tak pintar berkelit. Tak sanggup menghindar dari sergapan rasa yang sudah menunggunya di sebuah simpang kemudian memaksanya kembali larut dalam dilema. Tentang ikrar hati. Sebuah janji sendiri di temani sunyi.
Sosok 2 diam sejenak, berpikir, menghela napas
Sosok 2:
Aku bertemu Bay di sudut ini. Bukan di persimpangan di mana kita pernah bertukar nama. Bukan juga dibawah matahari yang pernah kau namai. Tapi dibawah sebuah jendela kayu tempat memandang jauh. Bay ada di situ tanpa airmata. Kering dan gersang. Kesepian prima yang menembus kuantum teori dan menyeret paksa sebagian dari kita untuk belajar merangkak diatas air. Aku menemukan Bay dalam bisu yang semakin sukar untuk dipisahkan agar mengerti harum jarum jam yang tak pernah kan berhenti mengecup berulang semua angka yang dia temui.
Yzie:
Bay?
Sosok2:
Bay berani menepis yang lain hanya karena diguyur gusar imut saat sebuah senyum tak sengaja salah alamat di kotak pos depan rumahnya. Dengan sadar Bay ikut dalam barisan tuntutan yang tidak ia mengerti. Bay mengejar yang lain dan menunggangi luka berbeda. Ia memaksa hatinya untuk percaya pada kesaksian matanya yang hanya mengenal hujan dan embun. Bay menepikan risau yang datang pagi-pagi untuk mengingatkan janji yang sudah dipahat disebentuk liat tanah. Ingkar. Dan ini yang pertama kali ada sumpah yang dilanggar dengan sengaja. Meninggalkan meja judi saat kartu sudah mulai dibagikan tanpa menunjuk pewaris. Bay sengaja memulai perang. Inilah waktu kemudian datang saat itu.
Yzie terkejut. Ia membuka amplop di tangannya dan mengeluarkan secarik surat yang telah lusuh. Dengan ragu ia menyodorkan surat itu pada Sosok 2
Sosok 2:
Apa ini?
Yzie:
Surat...
Sosok 2:
Surat apa?
Yzie:
Surat...
Sosok 2 mengambil surat dari tangan Yzie dan membacanya. Mimik wajahnya tiba-tiba berubah menjadi tegang, gelisah, marah, napasnya memburu, giginya bergemeretak, benci, dendam
Ia meremas surat di tangannya dan melemparnya, kemudian berpaling ke arah Yzie dengan tatapan wajah penuh kebencian
Sosok 2:
IBLIS!!!
Sosok 2 mencekik Yzie
Yzie:
Surat...
Sosok 2:
Mati kau iblis!!!
Yzie:
Surat...
Terus berulang-ulang hingga suara Yzie menjadi semakin lemah dan ia tergeletak, mati
Sosok 2:
(Menangis tertahan, lalu berteriak sekuat tenaga)
BAAAAAAAYYYYY!!!
Sambil terisak, Sosok 2 mengeluarkan sebilah pisau dari balik bajunya
Sosok 2:
(Putus asa)
Bay.....
Sosok 2 menghujamkan pisau itu ke dadanya. Ia roboh
Sosok 2:
Bay...
Bay...
Bay...
Sosok 2 terdiam, mati
T A M A T
COMMENTS